Hari ini, kulepas kau dari hatiku, ketika aku sedang menunggu secangkir hot cappucino datang ke meja ku, sambil berselancar di dunia maya bersama leptoppink ku.
Itu kamu.
Ada ia disampingmu.
Ia.
Bukan aku.
Aaaahh..
Padahal aku tak pernah benar-benar ingin melepasmu. Meski, ya, aku melepasmu.
Karena aku mencintaimu.
Ah, aku khawatir kau tidak menangkap maksudku dengan jelas.
Baiklah, sekali lagi:
Aku mencintaimu.
Maka dari itu aku memberikanmu kesempatan untuk memilih ia dibanding aku. Karena aku percaya pada ayat yang sering aku dengar bahwa cinta semestinya membebaskan. Love should be free.
Sampai akhirnya ketololanku terbukti.
Salahku telah berjudi.
Saat itu aku mulai menghitung pada tiap purnama yang bergulir:
satu-dua purnama tak mengapa;
tiga-empat-lima,
berarti pertanda bahwa enam-tujuh purnama adalah suatu masa
yang tidak memerlukan bilangan ke-delapan dan ke-sembilan.
“Cukup”, kataku sendiri. “Aku sudah tak mau lagi menunggu.”
Dan bersamaan dengan datangnya seorang pelayan yang membawakan secangkir hot cappucino yang mengepul, aku menyalakan fitur YM ku, menyortir namamu, lalu mendeletenya dari buddy list ku.
Are you sure want to delete “kupukupu” from your buddy?
Yes?
No?
Done.
Maka hari ini, kulepas kau dari hatiku. Tidak hanya nyatamu, tapi juga mayamu.
**
Bandung, 8 Desember 2010 | 5:40 PM
Terbanglah kupu-kupu. Hisaplah semua madu pada bunga yang kau singgahi satu-satu.
Note: tulisan ini dibuat dalam rangka mengikuti lomba KKDH - Kulepas Kau Dari Hatiku.