Category

cerpen (8) curahan hati (5) english (3) lirik (2) music (2) puisi (14) review (1)

Tuesday 22 December 2009

Antara Segitiga

Cantik. Tak ada kata lain yang lebih pantas untuk menggambarkan ia. Ia yang memujamu. Bila dibandingkan dengaku, tak ada orang waras yang akan memilihku daripada ia.

“Tapi aku memilihmu”, ucap bibirmu.

Namun aku mendengar matamu berdusta.1) 

Sempurna. Adakah kata yang lebih tepat untuk menggambarkan ia? Layaknya sebuah lukisan masterpiece yang setiap goresannya menyimpan sejuta keindahan yang begitu gamblang, bahkan dengan mata telanjang.

“Bukankah sudah kukatakan padamu bahwa aku lebih memilihmu?”, bibirmu kembali berucap, dan secara bersamaan, aku melihat kedut kebohongan yang memuakkan.

Tak ada yang tahu apa isi kepala dan hati orang. Kecuali mungkin aku yang (aku pikir) telah mengenalmu sekian lama. Semua bukti mengarah pada kecondongan hatimu yang berpihak pada ia. Tak pelak lagi, ia telah berhasil menguasaimu, bukan hanya pada hatimu, tapi selurhmu telah ia kuasai dan ambil alihmu dariku:

Bibirmu (terlihat dari caramu menyebut nama ia); matamu (tentu saja aku tahu, kamu akan menyambar kesempatan pertama untuk melirik ia sekalipun aku hanya sesenti dari hidungmu!); hatimu (oh, come on, apa perlu aku membelah dadamu untuk membuktikan lebih dari separuh ruang hatimu terisi oleh ia?); pula mimpimu (akuilah, kamu sering memimpikan ia, iya kan?).

Lalu, apakah yang tersisa darimu untukku selain kepura-puraan yang entah apa maksudnya dan sampai saat ini masih kamu petahankan?

“Aku lelah dengan kepura-puraan ini”, kataku waktu itu. “Mengapa kau tak sudahi saja semua kepura-puraanmu saat ini juga? Aku menerima apapun keputusanmu, maksudku, aku akan mencoba untuk menerima apapun keputusanmu”.

Tapi rupanya, kamu tetap bertahan dengan kepura-puraanmu hingga batas waktu dan alasan yang hanya diketahui olehmu.

Kini aku hanya bisa menunggu pada belas kasih takdir. Menunggu dengan kepastian yang telak untukku. Menunggu dengan satu keyakinan pasti: bahwa aku takkan pernah menang melawannya.

**

Bandung, 21 December 2009
23:54:39
Kamar


1) Karena mata mengatakan segalanya.


Terimakasih untuk malam dan cappucino yang selalu setia menemaniku.. 
 

No comments: